Drs. Humuntal Rumapea, M.Kom (Rektor Universitas Methodist Indonesia)
Goes to Campus Cegah Stunting merupakan isu penting yang harus kita laksanakan bersama untuk menurunkan jumlah anak yang terkena stunting.
Apa itu Stunting?
Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama, pada umumnya ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting ini dapat terjadi dimulai dari dalam kandungan dan situasi ini baru akan terlihat pada saat anak sudah menginjak usia dua tahun.
Bagi UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis), hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.
Selain terjadinya pertumbuhan yang terhambat, stunting juga sering dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Tentunya Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.
Penyebab Stunting
Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor antara lain:
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang.
Gejala Stunting
Adapun gejala Stunting antara lain:
Bagaimana Mencegah Stunting?
Diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, mencegah Stunting tentu dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik?
Dampak Stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi:
Sedangkan gejala jangka panjang meliputi:
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan.
Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.
Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi makanan padat pertamanya.
Kondisi Statistik Data Stunting, Menurut data dari WHO, di seluruh dunia, 178 juta anak di bawah usia lima tahun diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting. Berdasar hasil survei, angka stunting di Indonesia mengalami penurunan tapi masih 24,4 persen dari keseluruhan jumlah balita 23 juta anak. Dari jumlah balita 23 juta. Jadi masih ada 6,1 jutaan. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 persen Stunting di Sumut Masih 25,8 Persen, merupakan Peringkat 17 Terbanyak Nasional saat ini. Angka stunting di Kota Medan saat ini per bulan Mei 2022 mencapai 555 kasus dari 119.225 jumlah balita.
Peran Perguruan Tinggi
Dengan menyadari angka stunting di Indonesia masih sangat tinggi. Permasalahan stunting merupakan suatu hal yang kompleks. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini, tak terkecuali perguruan tinggi.
Dengan aspek persoalan yang sangat luas tersebut, pendekatan multidimensional atau lintas disiplin sangat perlu untuk dilakukan untuk mencegah dan mengurangi stunting ini. Karena itu, fungsi dan peranan para pakar maupun kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam tridarma perguruan tinggi memegang peranan penting.
Kita harapkan perguruan Tinggi melalui Universitas Methodist Indonesia dapat berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan. Lewat program Goes To Campus Cegah Stunting dan melalui Relawan Stunting yang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa yang dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung di tengah masyarakat. Dengan begitu mereka dapat ikut serta dalam mengakselerasi penurunan angka stunting di kota Medan.
Untuk mendukung percepatan penurunan angka stunting di Kota Medan, UMI akan melakukan penandatanganan kerja sama dengan Pemerintah Kota Medan kemudian Fakultas Kedokteran UMI akan bekerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Medan. Pelaksanaan kerja sama itu merupakan upaya tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2001 tentang Percepatan Penurunan Angka Stunting dan sebagai implementasi dari Pengabdian Masyarakat UMI dan Implementasi Kebijakan tentang Kampus Merdeka.
"Melalui kerja sama dengan P2KB ini, semoga penurunan angka stunting di Sumatera Utara khususnya kota Medan dapat terakselerasi dengan program dan target yang lebih baik.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian bapak/ibu, mahasiswa dan undangan kami sekalian kami ucapkan terimakasih. Semoga Program kerja Pemko Medan melalui Dinas P2KB Kota Medan dalam pencegahan dan penurunan Stunting dapat tercapai dengan baik.
21 October 2024
Rakornas APTIKOM 2024Kampus II UMI Tanjung Sari Medan
Wisuda UMI Periode I Tahun 2021 secara Drive Thru dan Live StreamingKampus II UMI Tanjung Sari Medan
Vaksinasi Dosen & Pegawai UMIKampus I UMI Hang Tuah Medan
FIKOM - UMI Tech Talk Series 02